MENINGGALKAN PEKERJAAN DEMI RIDHA SUAMI

 
Nah pembaca yang terhormat, sewaktu cek inbox d emali saya ikut merinding sewaktu membaca tulisan ini yang dikirimkan teman kapada saya, moga bermanfaat!
 
 
 
Sore itu,, menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar.. seorang akhwat datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan dan sampai pula pada pertanyaan itu. “anty sudah menikah?”. “Belum mbak”, jawabku. Kemudian akhwat itu bertanya lagi “kenapa?” hanya bisa ku jawab dengan senyuman.. ingin ku jawab karena masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan.
“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya. “nunggu suami” jawabnya. Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya
“Mbak kerja di mana?”, entahlah keyakinan apa yang meyakiniku bahwa mbak ini seorang pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.
“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” , jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.

“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah cara satu cara yang bisa membuat saya lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
Ukhty, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat.
“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya.
Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali ukhty. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing. Dan parahnya saya juga lagi pusing . Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah”.

Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga. Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk di luar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya.”
Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.

“Anty tau berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700rb/bulan. 10x lipat dari gaji saya. Dan malam itu saya benar-benar merasa durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya , ia selalu berkata “umi,,ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan umi ridho”, begitu katanya. Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya”, lanjutnya

“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami.” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja . Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”
Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.

“Kak, kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah. Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.

“anty tau, saya hanya bisa nangis saat itu. Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia maremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membanguni saya untuk sujud dimalam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan. Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan. Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya. Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu. Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tapi lihatlah suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya. Semoga jika anty mendapatkan suami seperti saya, anty tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anty pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkannku. Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkannku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.
Ya Allah….

Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling baik dalam hidupku.
Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..
Subhanallah..
Semoga pekerjaan, harta tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya.

Ditulis oleh Fitri Kurnia Handayani
Sumber: http://bloghidayah.wordpress.com/2011/02/19/sebuah-renungan-bagi-kaum-wanita/

I have a dream too

Dimulai buka fb >> lihat notifikasi >> bales komen >> lihat status teman >> ada yg nulis d wall nya tntang masa depan,

Masa depan yah, sesuatu yg manusia pasti tdk tau apa yg akan terjadi padanya pd keesokan hari, itu sudah jd kodrat manusia....tp membuat masa depan cerah pasti bisa tinggal qt mau tdk dengan hanya bermimpi atau berangan2 saja, tp juga bangun dari mimpi tersebut dan bertindak untuk mewujudkannya. `(waduh takut munafik aq)

Q jg sejatinya g tau apa masa depanq gmn, heheee

Tp yg kurasakan sampai sekarang (lamuman lg membawa nikmat n inspirasi), antara nasib n ketentuan, yg kurasakan adalah nasibq membawa ketentuan bagiq, maksudnya gmn2 aq sekuat apapun berusaha untuk mencapai apa yg q inginkan dari dunia ini pasti blum (tidak) terwujud. Tp anehnya pasti d beri jalan untuk mewujudkan dengan tujuan yg sama walaupun berbeda...

Contohnya : dulu sewaktu aq sblum lulus sma, piiingin sekali jadi kimiawan, g tau itu jd engineer, analis kimia, atau apotekernya. Q mulai berambisi klo kuliah farmasi itu yg baik ada d jogjakarta, setelah tes hasil nihil, tp q masih terus mengejar ambisi n mimpiq. Q mencoba lagi tes SPMB ( klo skrang UMPTN) n pilihan pertama farmasi d tempat yg sama n diikuti tempat kuliah yg ada farmasinya. Hasil telah d dapat yakni sama-sama nihil. Blum lg q pernah tes-tes lain untuk mencapai mimpiq ini...TP APA?

HASIL SELALU NIHIL alias gagal terus,hehee

Sampai pada suatu saat kakak laki-lakiq kurang lebih berkata : "kon ancen pinter tp ambisimu kegeden, nek mbok pekso pasti g kirane iso mbok oleh opo seng mbok pengen"

Teringat lg kata-kata ibuq ( sesosok wanita yang luar biasa dalam hidupq) : "nek pengen berhasil yo cuntuhen mas seng d palembang kui, nasib e penak perkoro gelek sholat jamaah n cidek kro yang kuoso"

Q langsung down n terdiam sejenak, memang sudah kebiasaanq klo lagi over pikiran ini pasti q menyendiri untuk menenangkan diri entah itu d kamar ( sambil leyeh-leyeh), k gunung cari udara segar d berhenti d tepi jalan sambil menikmati pemandangan n menghirup udara segar, bangun malam ( yah yang muslim pasti tau lah), n banyak caraq lagi....itu semua demi menenangkan diri karena dengan menenangkan diri pikiran jadi jernih n hati ini seperti ada ruang lebih untuk dapat mengambil sikap.

Q bingung sekali karena tahun ajaran baru perkuliahan sudah mau dimulai yah kira seingatq 1 bulanan, klo aq g kuliah nganggur satu tahun itu sudah resiko. Sampai q dapat jalan Alhamdulilah entah q dapat informasi dari mana q lupa klo masih ada universitas yang buka jalur tes untuk MABA (Mahasiswa Baru), n q terdiam terpikir sejenak perkataan kakak n ibuq td, setiap q habis qiamul lail q berdoa n entah kenapa q kok merasa damai hati ini, g tau datang dari mana terbersit d otakq bahwa besok pagi q harus mendaftarkan diri d universitas tsb. N kalau aq g keterima juga aq putuskan vaccum 1 tahun ini dengan berangkat ke pare. Di kota Pare ada kampung dimana qt bisa belajar bahasa inggris, dan tempat itu sudah pernah ku dengar pada waktu q masih smp d palembang dulu.

Sd-smp-sma-kuliah selalu pada saat q berada pada waktu-waktu itu q merasa kurang srek, dalam artian d dalam hati ada pertanyaan knp sih aq kok sekolahnya pindah-pindah n disini lagi sekolahnya,


Dan sampailah q pada tempat q sekarang bekerja, lamunan, pengalaman, percakapan, sampailah q pada jawaban dari pertanyaanq pada waktu itu. Seorang pengawas d plantq (tempat q bekerja) berkata yang intinya semua orang pasti ada rahasianya, maksudnya kenapa qt d beri tempat (menduduki) ini?, pasti semua ada maksud dari-Nya yang belum ketahuan. Masih d rahasiakan oleh -Nya.

Setelah q pikir2 benar juga apa yangvd katakan pengawasq td, dari sekolah dasar sampai kuliah yang telah q lalui ternyata membawaq pada keadaan saat ini, jika aq dulu d farmasi g tau lah mungkin otak bisa jebol karena g kuat mungkin (heheee)

Dan untuk sekarang q masih g tau bagaimana keadaanq kedepannya, yang jelas semua pasti ada hikmahnya dan d beri yang terbaik olehNya. Itu pasti dan aq yakin itu

Sekarang yang bisa q lakukan adalah "let it flow n just walk on my way whatever people surronds me", hidupq hanya aq yang bisa mengubahnya bukan orang lain. Yanv pasti dalam setiap usaha pasti bernilai positif dalam hasil itu pasti aq yakin akan ketentuanmu Y Rabb...semoga masa depan qt semua mendapat barokah n sukses buat qt semua!

Amin
posted from Bloggeroid
 
Free Blogger Templates